Thought and Shares

Senin, 23 Mei 2011

MAKALAH STRATEGI ANALISA SWOT PADA LEMBAGA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

PENDAHULUAN

Upaya pemberantasan buta aksara di Indonesia tergolong pesat. Menurut Data Pusat Statistic pendidikan buta aksara th 2008 masih 1,7 jt (5,96%) target pemerintah th 2009 adalah tinggal 5%.
Menteri Pendidikan mengatakan pemberantasan buta aksara merupakan salah satu fokus penting untuk memperbaiki indeks pembangunan manusia di tiap-tiap daerah. Berhasilnya program pemberantasan buta aksara akan membuat warga percaya diri dan berdaya untuk keluar dari kemiskinan dan keterbelakangan. Supaya tidak ada lagi warga buta aksara, wajib belajar sembilan tahun mesti bisa dinikmati semua warga.
Dari gambaran data-data diatas serta banyaknya masukan dari warga sekitar Kampung Bulak Kelurahan Jatiasih, Bekasi Selatan, kami tergerak untuk ikut serta memeratakan pendidikan dengan membuat suatu lembaga pendidikan yang sangat terbuka untuk masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah pada khususnya dan masyarakat dhu’afa pada khusunya.
Lembaga pendidikan luar sekolah ini dalam kategori DIKNAS (Pendidikan Nasional) dinamakan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Berbekal kerjasama dengan Yayasan Masjid Jami’ Al Fatah dilingkungan tersebut, maka mulailah kami membuka sekolah ini pada bulan Mei tahun 2007 dengan nama PAUD Islam Al Fatah.

ANALISIS SWOT
Untuk mencapai keberhasilan dan keberlangsungan PAUD tersebut di era pasar bebas tahun 2015, kami mencoba menganalisa dengan SWOT.

Strategy
PAUD Islam Al Fatah sudah cukup dikenal dikalangan masyarakat karena letak sekolah kami strategis yaitu persis berada dilingkungan Masjid Jami’a Al Fatah dimana masjid Jami’ tersebut merupakan tempat ibadah yang terletak di jalur utama Perumahan PEMDA Jatiasih sekaligus merupakan jalur alternative paling ramai dari jalan raya Jatiasih jika terjadi kemacetan di jalan raya tersebut. Sehingga peserta didik yang bersekolah di PAUD ini tidak hanya dari masyarakat sekitar kampung Bulak kelurahan Jatiasih saja tetapi sudah sampai pada masyarakat sekitar kelurahan Jatirasa dan kelurahan Cikunir.
Lembaga pendidikan luar sekolah telah banyak dilirik oleh banyak pihak masyarakat untuk membuka PAUD – PAUD yang sejenis, namun kami menyadari mayoritas masyarakat Indoesia yang beragama Islam masih pula mengalami kemiskinan bahkan buta huruf latin dan huruf hijaiyah, sehingga sekolah untuk anak-anak dari orangtua ekonomi lemah dan dhu’afa masih harus tetap dibantu dan dipertahankan.
Akhirnya kami membuat PAUD ini menjadi lembaga pendidikan dengan biaya murah, sangat terjangkau bagi ekonomi lemah dan gratis untuk masyarakat dhu’afa ditengah perekonomian Negara yang terpuruk berada di level 1 (satu) Negara terkorup di Asia Tenggara.
Akan tetapi biaya murah bahkan cenderung gratis tidak menyurutkan langkah kami untuk memberikan pendidikan terbaik terutama pendidikan ke-Islaman bagi masyarakat ini.
Strategi Konsep ke-Islaman atau Multiple Intelligence for Islamic Teaching dalam proses belajar di PAUD ini akan kami kembangkan terus menerus. Sebagai contoh hari belajar kami adalah 5 (lima) hari serta setiap hari kami ritualkan untuk praktek sholat 2 (dua) rokaat disambung dengan muroja’ah, dan target anak-anak didik kami sebelum mereka melanjutkan sekolah ke tingkat dasar (SD) adalah :
- dapat membaca lancar (huruf latin dan huruf hijaiyah),
- menulis dikte (kata-kata atau kelimat dalam huruf latin dan huruf hijaiyah),
- memahami bacaan latin,
- memahami proses ibadah teruatama peserta didik tahu bagaimana cara melakukan wudhu, bersholat, lafadz-lafadz dalam sholat, pemahaman surat-surat pendek, pemahaman do’a-do’a sederhana dan pemahaman hadits-hadits yang sesuai dengan usia peserta didik
- memahami konsep berhitung dasar (konkret dan abstrak)
- mengembangkan seni dan ketrampilan
- mengenal sains.
Fasilitas yang sudah tersedia di PAUD kami baru terbatas pada 4 (empat) ruangan kelas, perpustakaan mini dan peralatan permainan edukasi berupa balok, bola keranjang dan peralatan permainan pura-pura (model) yang lazim dimainkan anak-anak usia pra-sekolah seperti peralatan masak-masakan, dokter-dokteran, dan lain-lain.
Fasilitator kami rata-rata memiliki latar belakang ke-Islaman yang cukup baik, memiliki keikhlasan, berwawasan dan yang terpenting selalu memiliki keinginan untuk belajar. Hal ini akan terus kami kembangkan dengan melengkapi mereka untuk dapat berperan serta dalam training-training serta seminar-seminar seputar pendidikan dan perkembangan anak-anak usia pra-sekolah dan tidak kalah pentingnya yaitu terus konsisten dalam mengembangkan diri dari sisi ke-Islaman.

Weaknesses
Ada beberapa kelemahan yang kami miliki dan kami terus berusaha untuk mencapai suatu perbaikan tersebut sehingga minimal sisi kelemahan tersebut dapat terkurangi, yaitu antara lain :
Halaman sekolah
Lokasi PAUD ini memang berada di ligkungan Masjid Jami’, akan tetapi ruangan yang kami pakai langsung menghadap ke jalanan dan memang sudah terbentuk demikian sehingga sarana bermain outdoor belum dapat kami miliki.
Ruangan kelas
Ruangan kelas PAUD tidak memiliki ukuran yang sama sehingga peserta didik terkadang harus sedikit berdesakan, karena kami masih mempertahankan bentuk bangunan yang ada disebabkan oleh kurangnya pembiayaan untuk pengembangan fisik ruangan sekolah.
Peralatan permainan indoor outdoor
Kelemahan kami salah satunya adalah belum adanya lahan atau areal untuk permainan outdoor misalnya jungkat-jungkit, prosotan atau pun ayunan dapat kami sediakan. Dan untuk peralatan indoor masih terbatas pada permainan edukasi seperti balok-balok dan permainan pura-pura (model) saja, karena masih terbatasnya bantuan pembiayaan yang kami terima.
Fasilitator
Fasilitator kami dari segi ke-Islaman memang memiliki latar belakang yang cukup baik akan tetapi perekrutan mereka tidak dapat kami samakan dengan pendidikan sekelas TK (Taman Kanak-kanak). Jika TK untuk para pengajarnya telah memiliki jenjang atau mendapat fasilitas dari pemerintah berupa PGTK (Pendidikan Guru Taman Kanak-kanak) dan banyak lembaga-lembaga pendidikan yang diberikan ijin untuk membuka sekolah PGTK, akan tetapi untuk PAUD belum bisa demikian karena yang diakui oleh pemerintah hanyalah lulusan D3 atau S1 PAUD dari Universitas Negeri Jakarta. Hal ini memang cukup memberatkan disamping biaya yang dikeluarkan secara pribadi untuk bersekolah tidaklah murah dan juga tidak sebanding dengan honor yang didapatkan setiap bulannya.

Opportunity
Harapan, impian dan action bisa jadi modal utama dalam mengurai benang kusut permasalahan. Permasalahan yang mendasari PAUD kami salah satunya adalah minimnya pembiayaan yang kami miliki namun akhirnya permasalahan ini membawa kami pada satu titik dimana kami harus membuka diri untuk adanya uluran tangan dari pihak-pihak lain.
Kami yakin proses atau cara mendidik kami kepada para peserta didik dapat menjadi modal utama keberhasilan PAUD kami. Dan kami yakin ikut sertanya masyarakat luas dalam mendukung kami untuk bisa terus exist (berkesinambungan) akan membawa dampak positif terhadap arah pendidikan bangsa ini sendiri.
Lokasi strategis di lingkungan masjid, masyarakat luas yang berperan sebagai donatur kami baik dari segi financial maupun keilmuan, serta masyarakat luas dibawah garis kemiskinan merupakan kesempatan bagi kami untuk bisa melayani peserta didik secara terus menerus.
Keikhlasan para fasilitator dalam mendidik anak-anak usia pra-sekolah ini dapat membuktikan mengapa jumlah peserta didik kami stabil dari tahun ke tahun yaitu berkisar 50-an siswa.

Threat
Ancaman pertama yang kami hadapi adalah munculnya PAUD – PAUD sejenis dari tahun ke tahun. Menurut catatan DIKNAS setempat di Kelurahan Jatiasih sendiri ada sekitar 30-an PAUD aktif yang tentunya dengan jumlah peserta didik yang beragam. Mulai dari PAUD bertema umum sampai yang ke-Islaman, dan dari PAUD yang berbiaya masuknya mahal (sekelas TK) sampai yang murah bahkan gratis.
Namun kami berharap pemerintah Direktorat Pendidikan Nasional dapat lebih tegas dan inovatif dalam mengembangkan pendidikan di Indonesia juga meningkatkan pelayanan serta pengabdian kepada masyarakat harus sangat ditingkatkan, karena ternyata lembaga pendidikan juga tidak luput dari KKN, ini kami sebut sebagai ancaman kedua.
PAUD kami sejauh ini memiliki kecenderungan untuk mandiri, mencari pembiayaan dari pihak ketiga yaitu masyarakat (individu) atau badan usaha swasta walaupun terbilang tidak mudah dalam membangun networking (silaturahim), dan tidak terlalu berharap dari bantuan pemerintah karena adanya kasus-kasus yang melibatkan bantuan pemerintah bagi PAUD oleh penilik DIKNAS itu sendiri.

Pada akhir tulisan ini kami berharap dosen pembimbing dapat memahami apabila kami disini tidak mengupas masalah perusahaan jasa industrial namun manajemen pendidikan anak usia dini karena memang pelayanan inilah yang kami lakukan sehari-hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Delayed Gratification, Kontrol Diri Menunda Kesenangan

  Delayed Gratification adalah salah satu skill yang sangat penting dilatih pada anak sejak usia dini. Delayed Gratification adalah salah ...