Saat itu siang hari bolong di tahun 2015 cuaca kota Cikarang sebagai kawasan industri memang sangat panas dan terik. Seorang ibu 38 tahun berjibaku dengan kemacetan dan penuhnya kendaraan umum yang ia tumpangi untuk pulang ke kota Bekasi selepas mengajar di sebuah perguruan tinggi swasta yang berlokasi di kabupaten Bekasi. Suasana sehari-hari yang jauh dari kata nyaman sudah tidak lagi dihiraukan, yang penting bisa pulang dan masih bisa menjemput anak-anaknya dari sekolah.
Ya,
keadaan seperti ini baginya yang sudah dua tahun menjadi orangtua tunggal bagi
kedua anak-anaknya adalah hal biasa. Sebab dia tahu jika tidak bekerja maka
bagaimana nasib anak-anaknya nanti. Sejak perceraian dengan suami yang telah
dua belas tahun dinikahinya, semakin menyadarakannya bahwa seorang wanita itu
harus kuat dan mandiri. Itulah mindset
yang dia tanamkan dalam pikirannya.
Tak
mau berlama-lama larut dalam kesedihan, dia sadarkan dirinya harus move on. Tak perlu melampiaskan
kekesalan jiwa karena ternyata mantan suami lebih memilih wanita lain
dibandingkan dirinya. Berhenti menangisi peristiwa yang sudah terjadi, dan
berharap Allah SWT ridho meski suatu hubungan suami istri yang berujung pada
perceraian.
Memang
benar adanya menjadi orang tua tunggal atau single
parent banyak sekali lika likunya. Tidak selamanya berjalan mulus juga
karena status yang disandang menjadi seorang janda. Padahal ini hanyalah
status, tapi stigma dimasyarakat terkadang masih berkonotasi negatif. Allah SWT
berfirman dalam QS. Maryam:27-28 :
فَاَتَتْ
بِهٖ قَوْمَهَا تَحْمِلُهٗ ۗقَالُوْا يٰمَرْيَمُ لَقَدْ جِئْتِ شَيْـًٔا فَرِيًّا
يٰٓاُخْتَ هٰرُوْنَ مَا كَانَ اَبُوْكِ امْرَاَ سَوْءٍ وَّمَا كَانَتْ اُمُّكِ
بَغِيًّا ۖ
“Maka Maryam membawa anaknya kepada kaumnya
dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: ‘Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah
melakukan sesuatu yang amat munkar. Hai saudara Harun, ayahmu sekali-kali
bukanlah orang jahat dan ibumu bukanlah seorang pezina.”
Berdasarkan
kisah ini kita dapat mengambil banyak hikmah kehidupan untuk dijadikan teladan,
terlebih bagi para ibu yang membesarkan anak-anaknya sendirian. Perlu juga
dicatat bahwa rasa sedih, kesepian, merasa dilupakan, dan tidak berguna adalah
gejolak jiwa yang normal dan wajar sebagaimana digambarkan dalam kisah Maryam.
Di
sisi lain, seorang wanita memang telah diberikan oleh Allah SWT ketangguhan
seorang ibu yang tidak dimiliki oleh kaum lelaki, sehingga dia mampu mengandung
selama berminggu-minggu lalu menghadapi rasa sakit saat melahirkan dan
membesarkan anaknya. Hal ini adalah keistimewaan seorang ibu yang harus
disyukuri oleh kaum hawa.
Ketika
tidak ada seorang pun di sisi seorang wanita, ketika tidak ada siapa-siapa yang
membantunya, hendaklah seorang wanita tetap percaya bahwa Allah SWT tak pernah
membiarkan hamba yang dikasihi-Nya sendirian. Seperti dalam kisah Maryam yang
melahirkan Isa dalam kesendirian dan keterasingan namun diberikan kecukupan
oleh Allah SWT hingga dia dapat kembali kepada kaumnya.
Teladan
yang dapat dicontoh adalah ketika dalam kesendirian dan keterasingan itu Maryam
lebih banyak berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah SWT melebihi saat-saat
ketika dia belum terpilih menjadi seorang ibu. Maryam tidak marah atas takdir
yang dijalaninya, sebaliknya justru dia menerima dengan ikhlas dan penuh
tawakal. Ujian berat tidak membuatnya menjauh dari Allah SWT, tetapi justru
menjadikannya semakin taat.
Tanpa
keberadaan suami, seorang ibu terpaksa mengerjakan tugas dan kewajiban sebagai kepala
rumah tangga dalam mencari nafkah bagi anak-anaknya. Di satu sisi dia harus
menjalani tugasnya sebagai seorang ibu yang mendidik serta membesarkan
anak-anaknya, di sisi lain dia harus bekerja untuk mencukupi kehidupan rumah
tangganya.
Dari
kisah Maryam kita dapat menyimpulkan bahwa satu-satunya pegangan hidup yang
paling kuat dan utama adalah agama. Inilah modal penting yang menghindarkan
seorang ibu dari frustasi, kelelahan jiwa dan lingkungan yang buruk. Memperbanyak
dzikir kepada Allah SWT adalah salah satu penenang jiwa. Adanya anak jangan
sampai menjadi penghalang untuk senantiasa mengingat Allah SWT. Dalam QS.
Al-Munafiqun:9, Allah SWT berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَٰلُكُمْ
وَلَآ أَوْلَٰدُكُمْ عَن ذِكْرِ ٱللَّهِ ۚ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ
هُمُ ٱلْخَٰسِرُونَ
“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu
dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang berbuat
demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.”
Dengan
mendekatkan diri kepada Allah SWT, maka Allah SWT pun akan dekat kepada kita
sehingga masalah seberat apapun dapat dihadapi dengan ikhlas, sabar dan penuh
ketabahan. Sebuah kalimat bijak mengatakan, ”Jangan katakana saya punya masalah
besar, tapi katakanalah saya punya Allah yang Maha Besar.”
Tetaplah
berpikir positif, tidak perlu menyesali kesedihan karena peristiwa yang sudah
lalu sebab kesedihan hanya akan menjadi tembok penghalang kebahagiaan. Meski
tanpa suami, seorang ibu single parent
juga berhak menikmati indahnya kehidupan dan membesarkan anak-anaknya untuk
menjadi generasi yang sholeh serta sholehah.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar