Thought and Shares

Tampilkan postingan dengan label Islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Islam. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 12 September 2020

Meneladani Kisah Maryam Sebagai Single Parent

 


             Saat itu siang hari bolong di tahun 2015 cuaca kota Cikarang sebagai kawasan industri memang sangat panas dan terik. Seorang ibu 38 tahun berjibaku dengan kemacetan dan penuhnya kendaraan umum yang ia tumpangi untuk pulang ke kota Bekasi selepas mengajar di sebuah perguruan tinggi swasta yang berlokasi di kabupaten Bekasi. Suasana sehari-hari yang jauh dari kata nyaman sudah tidak lagi dihiraukan, yang penting bisa pulang dan masih bisa menjemput anak-anaknya dari sekolah.

Ya, keadaan seperti ini baginya yang sudah dua tahun menjadi orangtua tunggal bagi kedua anak-anaknya adalah hal biasa. Sebab dia tahu jika tidak bekerja maka bagaimana nasib anak-anaknya nanti. Sejak perceraian dengan suami yang telah dua belas tahun dinikahinya, semakin menyadarakannya bahwa seorang wanita itu harus kuat dan mandiri. Itulah mindset yang dia tanamkan dalam pikirannya.

Tak mau berlama-lama larut dalam kesedihan, dia sadarkan dirinya harus move on. Tak perlu melampiaskan kekesalan jiwa karena ternyata mantan suami lebih memilih wanita lain dibandingkan dirinya. Berhenti menangisi peristiwa yang sudah terjadi, dan berharap Allah SWT ridho meski suatu hubungan suami istri yang berujung pada perceraian.

Memang benar adanya menjadi orang tua tunggal atau single parent banyak sekali lika likunya. Tidak selamanya berjalan mulus juga karena status yang disandang menjadi seorang janda. Padahal ini hanyalah status, tapi stigma dimasyarakat terkadang masih berkonotasi negatif. Allah SWT berfirman dalam QS. Maryam:27-28 :

 فَاَتَتْ بِهٖ قَوْمَهَا تَحْمِلُهٗ ۗقَالُوْا يٰمَرْيَمُ لَقَدْ جِئْتِ شَيْـًٔا فَرِيًّا

يٰٓاُخْتَ هٰرُوْنَ مَا كَانَ اَبُوْكِ امْرَاَ سَوْءٍ وَّمَا كَانَتْ اُمُّكِ بَغِيًّا ۖ

Maka Maryam membawa anaknya kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: ‘Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat munkar. Hai saudara Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah orang jahat dan ibumu bukanlah seorang pezina.”

Berdasarkan kisah ini kita dapat mengambil banyak hikmah kehidupan untuk dijadikan teladan, terlebih bagi para ibu yang membesarkan anak-anaknya sendirian. Perlu juga dicatat bahwa rasa sedih, kesepian, merasa dilupakan, dan tidak berguna adalah gejolak jiwa yang normal dan wajar sebagaimana digambarkan dalam kisah Maryam.

Di sisi lain, seorang wanita memang telah diberikan oleh Allah SWT ketangguhan seorang ibu yang tidak dimiliki oleh kaum lelaki, sehingga dia mampu mengandung selama berminggu-minggu lalu menghadapi rasa sakit saat melahirkan dan membesarkan anaknya. Hal ini adalah keistimewaan seorang ibu yang harus disyukuri oleh kaum hawa.

Ketika tidak ada seorang pun di sisi seorang wanita, ketika tidak ada siapa-siapa yang membantunya, hendaklah seorang wanita tetap percaya bahwa Allah SWT tak pernah membiarkan hamba yang dikasihi-Nya sendirian. Seperti dalam kisah Maryam yang melahirkan Isa dalam kesendirian dan keterasingan namun diberikan kecukupan oleh Allah SWT hingga dia dapat kembali kepada kaumnya.

Teladan yang dapat dicontoh adalah ketika dalam kesendirian dan keterasingan itu Maryam lebih banyak berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah SWT melebihi saat-saat ketika dia belum terpilih menjadi seorang ibu. Maryam tidak marah atas takdir yang dijalaninya, sebaliknya justru dia menerima dengan ikhlas dan penuh tawakal. Ujian berat tidak membuatnya menjauh dari Allah SWT, tetapi justru menjadikannya semakin taat.

Tanpa keberadaan suami, seorang ibu terpaksa mengerjakan tugas dan kewajiban sebagai kepala rumah tangga dalam mencari nafkah bagi anak-anaknya. Di satu sisi dia harus menjalani tugasnya sebagai seorang ibu yang mendidik serta membesarkan anak-anaknya, di sisi lain dia harus bekerja untuk mencukupi kehidupan rumah tangganya.

Dari kisah Maryam kita dapat menyimpulkan bahwa satu-satunya pegangan hidup yang paling kuat dan utama adalah agama. Inilah modal penting yang menghindarkan seorang ibu dari frustasi, kelelahan jiwa dan lingkungan yang buruk. Memperbanyak dzikir kepada Allah SWT adalah salah satu penenang jiwa. Adanya anak jangan sampai menjadi penghalang untuk senantiasa mengingat Allah SWT. Dalam QS. Al-Munafiqun:9, Allah SWT berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَٰلُكُمْ وَلَآ أَوْلَٰدُكُمْ عَن ذِكْرِ ٱللَّهِ ۚ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْخَٰسِرُونَ
Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.”

Dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT, maka Allah SWT pun akan dekat kepada kita sehingga masalah seberat apapun dapat dihadapi dengan ikhlas, sabar dan penuh ketabahan. Sebuah kalimat bijak mengatakan, ”Jangan katakana saya punya masalah besar, tapi katakanalah saya punya Allah yang Maha Besar.”

Tetaplah berpikir positif, tidak perlu menyesali kesedihan karena peristiwa yang sudah lalu sebab kesedihan hanya akan menjadi tembok penghalang kebahagiaan. Meski tanpa suami, seorang ibu single parent juga berhak menikmati indahnya kehidupan dan membesarkan anak-anaknya untuk menjadi generasi yang sholeh serta sholehah.

 

TAMAT

Delayed Gratification, Kontrol Diri Menunda Kesenangan

  Delayed Gratification adalah salah satu skill yang sangat penting dilatih pada anak sejak usia dini. Delayed Gratification adalah salah ...